KIPER (Kajian Perkaderan) ed. 2 : Lanjutan pencarian ide dan gagasan soal digitalisasi perkaderan (PART 1)

Bismillah..

Kita lanjutkan kajian kita tentang fortasi dan narasi digitalisasi perkaderan. Di postingan sebelumnya penulis sempat membuat opini tentang narasi digitalisasi perkaderan, bisa di baca di Digitalisasi Perkaderan : Gagasan Impian atau Keniscayaan. Opini penulis sampai pada kesimpulan kata bahwa “Narasi Perkaderan yang semula hanyalah gagasan impian, rupanya kini telah menjadi keniscayaan”. Dalam arti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tidak bisa tidak atau harus melakukan digitalisasi perkaderan. Untuk membedah opini itu kami Pimpinan Daerah IPM Kota Bandung Kembali menghadirkan sebuah forum diskusi semi-formal, berlabel KIPER (kajian Perkaderan) edisi 2. Di kesempatan kali ini tertanggal 11 Juni 2021 kami berkesempatan berdiskusi bersama para rakanda kami Ipmawan dan Ipmawati Pengurus PD IPM Kota Bandung periode 2017-2019 dan di moderatori oleh Ketua Bidang Pengkajian Ilmu dan Pengetahuan (PIP), Ipmawati Adilla Tieky Indahsari Dermawan.

Diskusi yang dimulai pukul 19.30 hingga 22.00 WIB tersebut dihadiri lebih banyak peserta ketimbang edisi 1, diantaranya para pengurus PD IPM Kota Bandung periode 2017-2019 terdiri dari Ketua Umum, Kang Imam Lukmanul Hakim, Sekretaris Umum, Teh Rani Kustiani, Bendahara Umum Lutfiah Aminati Rais Junaedi, Ketua Bidang Organisasi, Kang Imam Sholehudin, Ketua Bidang Advokasi, Kang Muhammad Bilal Abdul Aziz dan Teh Fauziah Hanifah, dan anggota PIP, Teh Rizka Chaerunnisa Utamie Budiman. Selain itu juga seperti biasa hadir pengurus PD IPM Kota Bandung periode 2019-2021, Perwakilan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting Se-Kota Bandung. Terhitung jumlah partisipan dalam aplikasi zoom meeting mencapai angka 40 peserta. Dan seperti biasa pada tulisan kali ini penulis akan sedikit merangkumkan apa-apa saja hasil dari diskusi tersebut.

Inovasi Gaya Baru Ber-IPM

Inovasi menurut Everett M. Rogers merupakan ”sebuah ide, gagasan, objek, dan praktik yang dilandasi dan diterima sebagai sesuatu hal yang baru oleh seseorang atau pun kelompok tertentu untuk diaplikasikan atau pun diadopsi”.

Dari teori ini menjelaskan bahwa inovasi adalah gagasan baru yang kemudian itu menjadi sebuah solusi untuk sebuah permasalahan-permasalahan yang muncul. Selain itu Kang Imam Sholehudin pernah menulis sebuah tulisan di portal BandungMu yang berjudul Ekosistem Kreatif Kota Bandung : Inovasi, Kolaborasi,dan Partisipatif. Cantuman kata inovatif disana berasal dari anggapan bahwa yang dapat menjadikan bandung sebagai kota layak pemuda adalah inovasi, tapi selain inovasi ada dua komponen lain lagi yang sama pentingnya yaitu kolaborasi dan partisipasi. Abstraksi singkat tulisan ini mengatakan bahwa ketika kemarin Kota Bandung menjadi kota layak Pemuda, sebetulnya bukan hanya hasil peran dari Waki Kota Bandung saja, tetapi ada beberapa point atau puzle-puzle kecil dari masyarakat, khususnya dari pemuda, lebih khususnya lagi dari pelajar. Karena posisinya kita mengetahui maju mundurnya kota banadung ini bukan dilihat dari pemerinatahannya yang rapih atau masyarakatnya yang melek, tapi point kolaborasi juga menjadi salah satu variabel untuk membentuk ekositem yang inovatif. Terakhir adalah partisipatif, jika kita berkaca pada IPM misalnya, ketika PD IPM Kota Bandung bisa hadir dan bisa mengadakan kegiatan karena ada partisipatif dari PC atau PR setempat, itu yang mengakibatkan ekosistem kreatif di Kota Bandung bisa muncul.

Spirit Inovasi dalam Al Quran bagi Pelajar

Secara teologi ada setidaknya ada 3 landasan yang dapat sinkron dengan inovasi. Pertama, Q.S Al-Alaq ayat 1-5, posisinya bagaimana Nabi Muhammad SAW. Mendapat wahyu? kita harus mencoba untuk membaca, bagaimana Nabi Muhammad SAW. bisa menjadi suri tauladan dan ummat terbaik? Itu berasal dari membaca. Maka sebuah inovasi itu bisa muncul dari sebuah Iqra, membacalah. Kedua, Al-qalam ayat 1, yang juga adalah semboyan di IPM. Jika kita dalami lagi di salah satu tafsir, bagaimana ayat ini terbagi pada 3 : (Nuun) adalah Ilmu, (Wal qalaami) adalah pena yang tertuliskan, dan (wamaa yasthuruun) adalah apa yang dituliskannya atau disebut karya. Nah dia ayat ini ketika berinovasi tidak hanya sebatas kita mendapat ilmu saja, dan tidak hanya sebatas dituliskan saja, tetapi harus menjadi sebuah gerakan solutif, program kerja yang bisa dirasakan hingga kar rumput, dan program yang bersifat inklusif bisa menjangkau semua kalangan. Bagaimana kita bisa menciptakan sebuah karya atau sebuah produk yang mana bisa menjadikan produk itu melintasi zamannya. Ketiga, Q.S Ar-Raad ayat 11, menjelaskan bahwa Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan dirinya mereka sendiri. Oleh karena itu sebelum seseorang ingin mengubah kaumnya harus dimulai dari mengubah dirinya sendiri. Maka landasan ini bisa dijadikan landasan untuk tidak terpaku atau berinovasi.

cukup dulu, rangkuman selanjutnya kita lanjut si postingan selanjutnya di laman berikut KIPER (Kajian Perkaderan) ed. 2 : yang mampu beradaptasi adalah pemenang (PART 2)

BY RM..


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Pelajar

KEFASILITATORAN : Peluang Sekali Mendayung Tiga Pulau Terlampaui