KEFASILITATORAN : Peluang Sekali Mendayung Tiga Pulau Terlampaui
Bismillah..
Semangat
terus lanjut mengkaji..
Bicara Fasilitator, cobalah baca buku
pedoman terbaru terbitan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang
berjudul “Pedoman Terpadu Pelaksanaan Perkaderan” semacam buku suplemen pelengkap
Sistem Perkaderan IPM (SPI) untuk hal-hal yang lebih teknisnya. Disana terdapat
narasi lengkap tentang kefasilitatoran, mulai dari fasilitator dalam kontruksi
SPI, Teknik-teknik kefasilitatoran, form-form lampiran, hingga kaidah dan kode
etik seorang fasilitator. Lalu sebetulnya jika kita baca Sistem Perkaderan IPM (SPI) Emas sampai di
bagian akhir pun kita akan menjumpai bab pedoman pelatihan fasilitator dan
pendamping. Namun sayang, nampaknya tentang kefasilitatoran ini belum terlalu
dikenal khususnya di IPM kota Bandung. Buktinya sependek pengetahuan penulis
memang tidak pernah ada yang Namanya pelatihan fasilitator di pola perkaderan
IPM Kota Bandung, setidaknya mungkin 2-3 periode ke belakang. Tentu ini sangat
disayangkan karena bukan saja itu merupakan bagian tak terpisahkan dari SPI
kita, namun juga karena kedudukannya yang begitu urgent, terutama ketika menjelang
pelatihan/perkaderan.
Bagaimana tidak, sepencarian penulis di
beberapa daerah lain yang memiliki tradisi atau pola pelatihan fasilitator di
dalam perkaderannya memiliki peluang dapat menjalankan perkaderan secara
maksimal. Sederhananya begini lah, para calon fasilitator yang sudah mendapat
pelatihan khusus dan yang tidak mendapat sama sekali tentu akan berbeda. Ditambah
mereka punya lebih persiapan mematangkan semua instrument perkaderan bukan hanya
berbasis tradisi dan kebiasaan saja, tapi berbasis ilmu yang sudah mereka
pelajari sebelumnya. Misal saja : bagaimana membuat pre-test dan post-test,
bagaimana melakukan observasi dan evaluasi peserta pelatihan hingga bagaimana
membuat dan menyiapkan game-game selingan di tengah pelatihan agar lebih berwarna.
Jika berkaca pada diri penulis sendiri saja harus mengakui kadang baru
memikirkan itu sesaat menjelang pelatihan, tanpa belajar, cukup berbasis pengalaman
pribadi melalui pelatihan sebelumnya atau pelatihan-pelatihan lain yang pernah
diikuti. Hemat penulis meski secara subjektif nampaknya pelatihan fasilitator
bisa jadi salah satu opsional yang perlu mulai dicoba di lingkungan perkaderan
IPM Kota Bandung untuk meningkatkan kualitas perkaderannya.
Sebetulnya bukan tidak ada sama sekali, ada
sih ada, tapi cuma sebatas pelatihan fasilitator fortasi yang sering disebut “Training
Of Fasilitator Fortasi (TOFF)”, namun realitanya pun belum menjadi tradisi rutin
yang bisa senantiasa terlaksana. Seingat penulis terakhir ad aitu ditahun 2017,
4 tahun loh berarti belum terlaksana lagi. Padahal posisinya cukup penting,
walaupun fortasi Cuma perkaderan non-formal di IPM, tapi setidaknya bisa
membekali calon-calon fasilitator yang akan melaksanakan fortasi di ranting-ranting.
Tapi semisal Pelatihan Fasilitator Pendamping (PFP) I” untuk kader yang sudah
lulus TM II, nampaknya belum pernah ada.
Lanjut lagi, ditambah kondisi hari ini yang
menuntut narasi digitalisasi perkaderan menjadi suatu keniscayaan. Calon fasilitator
pun perlu belajar gaya baru melaksanakan perkaderan secara digital. Tentu tuntutan
lebihnya mereka harus lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan perkaderan ke
ruang-ruang digital. Belum lagi kapasitas lain yang harus dimiliki adalah
digital literacy yang baik, tidak terbayang kalau fasilitatornya aja gaptek gimana
nanti memfasilitasi perkaderannya. Perlu ada penguasaan skill tertentu di
bidang media dan teknologi untuk melancarkan fasilitator digital melaksanakan
tugas dan fungsinya sebagai fasilitator.
Ini memang merupakan tantangan besar bagi
perkaderan IPM, khusunya di Kota Bandung dengan kondisi seperti diatas. Namun,
di satu sisi ini juga adalah peluang emas untuk kita bisa “Sekali Mendayung
Tiga Pulau Terlampaui”. Jika kita bisa memanfaatkan peluang ini kita bisa
menyelesaikan problem kefasilitatoran dan digitalisasi perkaderan sekaligus
meningkatkan kualitas perkaderan IPM tentunya.
Terakhir setelah pertanyaan WHY? Kenapa kita
harus mulai serius tentang kefasilitatoran selesai terjawab. Tinggal kita buat
jalannya bersama.. iya tinggal buat aja kok, gtu aja ribet.. hh
By RM..
Komentar
Posting Komentar