KIPER (Kajian Perkaderan) ed. 2 : Tantangan belum berakhir, cukup anggap memang tidak akan berakhir (PART 3)
Bismillah..
Kita lanjutkan lagi tulisan mengenai
rangkuman hasil diskusi KIPER (Kajian Perkaderan) edisi 2 yang diadakan oleh
Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Bandung Kemarin. Di
tulisan sebelumnya kita sudah sedikit membahas pemaparan dari Kang Imam
Sholehudin dan Teh Rani Kustiani. Bagi yang belum membaca artikel sebelumnya,
penulis sangat menganjurkan untuk membacanya terlebih dahulu pada laman berikut
KIPER (Kajian Perkaderan) ed. 2 : Lanjutan pencarian ide dan gagasan soaldigitalisasi perkaderan (PART 1) & KIPER (Kajian Perkaderan) ed. 2 : yangmampu beradaptasi adalah pemenang (PART 2) Jika sudah, mari kita lanjutkan pada
pemapar selanjutnya yaitu Kang Imam Lukmanul Hakim dan Kang Muhammadi Bilal
Abdul Aziz yang akan mendiskusikan tentang Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka
(PTM) Terbatas, Peluang pelaksanaan fortasi, inovasi dan sikap ipm dalam memandang
pandemi ini.
Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM)
Terbatas di Sekolah
Berbicara mulai dari PTM T, yaitu
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas adalah salah satu ikhtiar dari
pemerintah agar siswa bisa kembali ke sekolah, belajar di sekolah dan bertemu
dengan guru-guru di sekolah secara langsung namun dengan aturan dan batasan
yang telah ditentukan, yang tentunya berhubungan dengan Protokol Kesehatan.
Pembelajaran Jaraj Jauh (PJJ) yang sudah 1 tahun berjalan, banyak sekali
kendala, seperti memaksakan diri mengikuti PJJ dengan meminjam Gadget teman
atau tetangganya karena tidak memiliki gadget, ketika memiliki gadget mereka
tidak memiliki kuota,
Aturan awal PTM T ini adalah 50% jumlah
siswa yang boleh hadir di sekolah, namun baru di update lagi kemarin menjadi
hanya 30% dari jumlah siswa. misalnya saja ada di satu kelas itu hanya 5 orang
saja, jadi dibatasi dan di bagi sesi atau sift. Simulasi saat ini yang
dijalankan di Kota Bandung baru di tingkat SD-SMP saja, adapun tingkat SMA/SMK
hanya beberapa saja yang ditunjuk oleh dinas pendidikan jawa barat. Sekolah-sekolah
muhammadiyah yang termasuk list simulasi di Kota Bandung tersebut diantaranya
SMP Muhammadiyah 5, Syamsul Ulum dan Aisyiyah Boarding School. Simulasi PTM T
ini adalah salah satu pertimbangan pemerintah untuk Pembelajaran di bulan Juli 2021
nanti. Selain itu juga dipertimbangkan berdasarkan keadaan zona penyebaran
covidnya. Kita tahu ada yang hijau, kuning, merah bahkan hitam. Jumlah penyebaran
covid di zona tertentu bisa menentukan apakah sekolah di zona tersebut bisa
mengadakan PTM T atau tidak. Walaupun peralatan sudah siap, protokol, dsb namun
zonanya tidak mendukung, tetap saja tidak akan bisa melaksanakan PTM T.
Peluang pelaksanaan PTM T
Adapun untuk peluang pelaksanaan PTM T di
bulan juli nanti dilihat salah satunya dari hasil simulasi ini. jika hasilnya
baik, kemudian bisa dianggap sekolah-sekolah bisa mulai melaksanakan PTM T.
adapun terkait Fortasi/MOPD masih belum tentu bisa dilaksanakan tatap muka,
karena itu bukan fokus pemerintah, pemerintah masih fokus ke PTM T nya dulu. Artinya
peluangnya fortasi masih dilaksanakan secara Online lagi atau terbatas, intinya
memang belum jelas.
Informasi terakhir juga bahwa PTM T ini
atas se-izin orang tua, jadi jika ada siswa yang tidak di izinkan oleh orang
tau, tetap akan melaksanakan PJJ. Selain itu juga ada isu bahwa PTM T itu akan
ditunda lagi, cuman tetap melihat hasil simulasi ini. jadi belum bisa
dipastikan juga apakah juli ini akan bisa telaksana atau tidak. Namun dengan
adanya simulasi ini tentu menjadi pertanda dan harapan bahwa PTM T bisa mulai
dilaksanakn asal semua pihak bisa mengikuti aturan dan batasan yang ada.
Peluang peksanaan Fortasi dan mengenalkan IPM
Bagaimana pengenalkan IPM? Ini tantangan
Pimpinan Cabang ke Pimpinan Ranting, karena siswa dilarang datang ke sekolah, berkegiatan
tatap muka sulit dan dibatasi, MOPDB dan Fortasi tidak ada, LDKS tidak ada, dan
kegiatan perkaderan pun dibatasi. Namun tentu IPM tidak boleh hilang akal, tetap
harus ada upaya dari Pimpinan IPM untuk melakukan pembinaan kader-kader dibawahnya
walaupun secara digital, program semisal turun ke bawah (Turba) harus tetap
ada, dan ideologi IPM harus tetap diwariskan, bahkan hal-hal teknis seperti kemampuan
administrasi dan keorganisasian harus tetap terus diajarkan dan dilakukan
bimbingan. Jika berkaca pada tahun 2020 kemarin memang pelaksanaan MOPDB atau
fortasi itu dilaksanakan tergantung masing-masing sekolah saja, entah untuk
tahun ini. harusnya memang ada pertemuan khusus dengan para kepala sekolah untuk
membahas pelaksanaan fortasi atau MOPDB online. Juga apakah ada panduan khusus
tentang fortasi dari PP IPM atau tidak? Jika pun tidak ada, maka kita sendiri
yang harus mulai bergerak dari bawah bagaimana caranya perkaderan IPM di
ranting ini tetap berjalan. Karena mau tidak mau, dari ranting awal mula kader,
kader Muhammadiyah kedepannya pun salah satunya dari Ranting IPM. Jika dari
ranting saja sudah salah, maka kedepam dan keatasnya bisa salah atau malah tambah
salah.
Adapun hari ini sebetulnya bisa dibilang
masih agak longgar, masih diperbolehkan beberapa kegiatan luring, asal
protokolnya bisa dijaga, sebetulnya masih bisa di upayakan. Dan yang terakhir
harus lebih kreatif, sekarang orang-orang kalau hanya sekedar presentasi-presentasi
kadang bagi pelajar di ranting mungkin kurang menarik, bisa dimulai dengan
membuat konten-konten, video, animasi, dan sebagainya mungkin bisa lebih
menarik. Tetap aktif berkegitan pun menjadi salah satu kunci tetap menjaga kader.
Memang pandemi ini bisa dibilang ujian untuk semua ortom, namun tetap kitanya
sendiri yan tidak boleh hilang akal.
Sikap kader memandang situasi saat ini
Keadaan ini tidak akan berakhir, kalau kita
tidak berpikir bahwa keadaan ini akan terjadi selamanya. Artinya kita harus
menganggap keadaan pandemi ini akan terjadi selamanya. Dengan cara itu kita
akan berpikir lebih menyesuaikan lagi, setiap kegiatan, setiap langkah gerak
organisasi, bagaimana sih yang paling sesuai dengan keadaan seperti ini. adapun
jika tadi kita bahas lagi PTM dan fortasi secara tatap muka, kita tidak akan
beralih dari kebiasaan kita yang dulu. Bahkan di awal-awal pandemi, kata bang
nadiem makarim, proses digitalisasi, proses perubahan atau penyesuaian
orang-orang indonesia ke tahap digitalisasi itu 3x lebih cepat. Artinya sebetulnya
keadaan Indonesia dalam digitalisasi sebelum pandemi itu sudah kurang melek dan
ketinggalan zaman, justru dengan ini kita harus menyesuaikan dan memang ini
adalah percepatan kita. Satu hal yang sering dibahas di creator-creator konten
dakwah digital bahwa kita harus mulai bergerak di bidang ini. bahkan sebelum
berbicara perkaderan, kita mulai dari bagaimana memperkenalkan pelajar muhammadiyah,
bagaimana beda dan menariknya pelajar muhammadiyah di ruang-ruang digital. Sebelum
kita bergerak untuk perkaderan. Artinya kita mau orang-orang untuk familiar dulu,
tau, terbiasa dan tergerak ingin mengetahui apa sih menariknya pelajar muhammadiyah,
baru berbicara perkaderan. Karena ketika orang-orang tidak tahu, mau bagaimana
mereka menjadi kader? Jatuhnya jadi dipaksa dikader? Bukan menjadi proses
perkaderan. Karena nantinya yang akan menggerakan perkaderan ini adalah orang
yang tahu, yang cinta dan yang terbiasa. Artinya sejauh mana pelajar
muhammadiyah hadir di ruang-ruang digital seperti itu. Mulai dari instagram,
Facebook, Tiktok, dsb. Bukannya tidak muncul sebetulnya, namun masih kalah lah
dari teman sebelah semisal : pemuda hijrah. Mereka sudah hadir di ruang-ruang
digital dan membuat orang tertarik mau menggerakan. Memang nampaknya semua
ortom dan muhammadiyah ketinggal di hal itu. Namun sudah saatnya kita memulai
itu, mencoba hadir diruang-ruang digital, membangun brand, membangun kebiasaan
orang-orang, dsb.
Cukup Sekian, jumpa lagi di KIPER selanjutnya..
sesi diskusi bisa ditonton di channel youtube "IPM Kota Bandung"
By RM..
Komentar
Posting Komentar