Digitalisasi Perkaderan : Gagasan Impian atau Keniscayaan
Bismillah..
Kali ini kita akan berbicara menyoal narasi digitalisasi
perkaderan..
Narasi ini mulai muncul di masa pandemi
ini, dimana kebijakan pemerintah menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di
sekolah. Organisasi pelajar seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang basis massanya
pelajar tidak luput terkena imbasnya. Mulai dari sulitnya berkegiatan, struktur
dan program yang terbengkalai, hingga mandegnya sistem perkaderan. Hal ini adalah
tantangan besar bagi IPM untuk bisa menjawabnya dan merubahnya menjadi peluang untuk
setidaknya menjaga IPM tetap eksis. Maka muncullah narasi bahwa sistem perkaderan
IPM pun tidak bisa tidak, harus mulai mencari gaya baru, yang tidak lain adalah
digitalisasi.
Di awal tahun 2021 sebetulnya ada narasi
positif bahwa Pendidikan dan pembelajaran bisa mulai Kembali dilaksanakan tatap
muka mulai juli 2021. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya
adalah vaksinasi sejumlah guru, tenaga pendidik, dan kependidikan yang ditargetkan
akan selesai pada akhir juni 2021. Bahkan melalui surat Surat Keputusan Bersama
(SKB) Empat Menteri pada 30 maret 2021 pemerintah mendorong Pembelajaran Tatap Muka
(PTM) terbatas dengan menjalankan protokol Kesehatan. SKB empat Menteri itu
diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri dalam Negeri, Menteri
Kesehatan, dan Menteri Agama. Dalam SKB tersebut pemerintah “mewajibkan” satuan
Pendidikan untuk menyediakan layanan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas
dengan menjalankan protokol Kesehatan sekaligus layan PJJ. Artinya nanti siswa
dan orangtua diberi pilihan apakah mau mengikuti PTM terbatas atau tetap
mengikuti PJJ.
Namun, realita tidak selamanya sepositif
narasi tadi. Pada kenyataannya tentu banyak sekali persyaratan yang harus ditempuh
satuan Pendidikan untuk bisa mulai diperbolehkan melakukan PTM terbatas. Hingga
tertanggal hari ini, kami sudah mendapat data satuan pendidikan tingkat menengah pertama di kota bandung mana saja yang di “ACC” untuk melakukan PTM
terbatas. Berdasarkan surat Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Bandung bernomor
PK/1631-disdik/VI/2021 di lampirkan nama-nama sekolah setingkat PAUD, SD dan
SMP yang diundang untuk menjadi sekolah piloting penerapan PTM terbatas ini. Lalu
sekolah mana saja, khususnya sekolah-sekolah Muhammadiyah hanya ada 8 sekolah
yang dianggap layak, dan dari 8 itu untuk tingkat menengah pertamanya hanya ada
3 sekolah, yakni SMP Muhammadiyah 5, Mts Syamsul Ulum, dan Aisyiyah Boarding
School. Adapun untuk tingkat menengah ke atas, kami belum mendapat datanya
karena tentu yang menaunginya beda lagi yaitu Pemerintah Provinsi. Bisa dilihat
bahwa tetap secara mayoritas khususnya sekolah-sekolah Muhammadiyah di Kota Bandung
akan tetap melaksanakan PJJ di tahun ajaran baru nanti.
Kembali lagi ke soal perkaderan yang tidak
akan lepas juga dengan kebijakan Pendidikan tadi, IPM harus mulai memikirkan
dan merumuskan dengan serius pola perkaderannya yang dapat dilakukan secara
adaptif di masa kini, namun tetap tidak kehilangan esensi utama dari sistem
perkaderan yang ideal.
Dari mana kita bisa memulainya, salah
satunya dari fortasi sebagai gerbang awal siswa baru di sekolah-sekolah Muhammadiyah
mengenal IPM. Kita akan coba menggunakan inovasi gaya baru dalam mengenalkan
IPM. Salah satu amanat utama Fortasi untuk mengenalkan IPM sebagai teman
bermain mereka kelak harus kita kemas dengan berbagai cara yang kreatif dan
kekinian, tentunya berbasis digital.
Bagaimana kita sebagai pimpinan di tingkat
manapun bisa mengupayakan fortasi dengan gaya baru ini bisa berjalan efektif dan
menggembirakan. apa persiapan kita? Mulai dari skill yang harus kita miliki,
fasilitas yang perlu diadakan, alat yang perlu dimiliki, hingga ke teknis
aplikasi-aplikasi apa saja yang perlu kita kuasasi, mari kita mulai pelajari
bersama. Tidak kalah penting, bahkan sangat penting bagi penulis, kita
harus memiliki pola pikir positif dan terbuka dalam melihat segala rintangan
dan tantangan ini. Dengan pandangan yang terbuka kita bisa mengubah semua
tantangan ini justru menjadi peluang emas bagi kita. Pelajar “zaman Now” harus
punya mindset kuat yang siap mengahadapi perubahan zaman. Salah satu yang jelas
ada didepan mata adalah digital distruption terutama di bidang Pendidikan. Kedepan
mungkin memang seperti ini lah sistem Pendidikan kita akan berjalan. Kita tidak
akan terlalu menyibukan diri di ruang-ruang kelas bangunan bertembok, namun
lebih banyak pembelajaran akan dilakukan di ruang-ruang kelas digital. Semboyan
utama dalam menghadapi digital distrupsion adalah “Berubah atau punah”. Kata-kata
ini harus terus terngiang-ngiang di setiap personel ikatan ini jika tidak ingin
ikatannya tertinggal dan tergilas oleh zaman.
Narasi Perkaderan digital yang semula hanyalah gagasan impian, rupanya kini telah menjadi keniscayaan.
Dah lah sambil aja dulu sedikit demi
sedikit, hadapi yang depan mata dulu yakni fortasi, sambil kita juga persiapkan
perkaderan yang lainnya, taruna melati, dsb menanti. Jangan lupa juga kita terus
mengkader generasi-generasi penerus kita diberbagai level tingkatan walau via
digital yaaa, terus jaga komunikasi dan terus pererat ikatan ini, jangan
lengah, komo lalai dan abai mah, taruhan nya besar coyy..
mengkader digital dan kader digital is real coyy..
Sekian..
By RM..
Komentar
Posting Komentar