SANG PENCERAH




pemain:
Lukman Sardi, Zaskia Mecca, Slamet Raharjo, Agus Kumcoro, Idrus Madani, Ihsan Tarore, Giring 'Nidji', Mario Irwinsyah, Dennis Adhiswara, Joshua, dll.
sutradara : Hanung Bramantyo
produser : Ram Punjabi
produksi : Multivision
rilis : 8 September 2010
sinopsis : Tersebutlah Muhamad Darwis (Ihsan Tarore), pemuda berumur 15 tahun yang berangkat ke Meah untuk menunaikan ibadah haji pertama sekaligus berguru pada ulama besar. Sepulangnya dari mekah 5 tahun kemudian ketika ia beranjak dewasa ia mulai terpengaruh oleh pemikiran Muhammad Abduh, ulama yang cenderung mengedepankan ijtihad dengan pemikiran-pemikiran modern. Para ulama di kampung halamannya, desa kauman lambat laun mulai merasa resah dengan ketidakbiasaan Darwis dewasa yang menganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Dahlan dianggap terlalu menyederhanakan agama di saat ulama-ulama lain masih mengkeramatkan sesuatu. Puncaknya adalah ketika ia memenarkan arah kiblat yang cenderung ke barat. Bukannya disambut, ia justru dituduh kafir "bukan masalah arah, yang penting qalbu kita" suatu kali ucap seorang kiayi. Kecuali murid-murinya seperti M. Sudja, Fachroedien, dll., hampir semua orang dekatnya tidak berpihak kepadanya sampai-sampai kakak dan iparnya sendiri pun. Dahlan kemudian memusatkan aktivitas dakwah di langgarnya, pun melakukan ibadah shalat yang arah kiblatnya sudah dibetulkan. Semakin hari, semakin banyak jamaah langgarnya hingga meresahkan ulama-ulama setempat, terutama kiayi penghulu (Slamet Rahardjo), maka kemudian dikirimkannyalah surat peringatan untuk menutup langgar. Berkali-kali datang, berkali-kali pula ditolaknya sampai akhirnya massa yang merasa "alirannya' paling suci itu merobohkan langgar milik Dahlan. Dahlan yang amat terpukul hendak meninggalkan kampung bersama Nyai Walidah (Zaskia Mecca), istrinya, beserta kedua anaknya, namun niat tersebut urubg dilanjutkan setelah kakaknya mencegah meraka dan berjanji membuatkan langgar baru. Ia pun kembali kepaa msi awalnya untuk berdakwah di kampungnya. Akhirnya, lnggarnya pun kembali berdiri kokoh dan aktivitasnya kembali menggeliat, namun penolakan masih saja terjadi terutama dari kaum ulama setempat. Dahlan kemudian berinisiatif mengajarkan pelajaran agama islam di seklah-sekolah Belanda, juga membuat madrasah diniyah di rumahnya. Dahlan yang juga bergabung dengan perkumpulan Boedi Oetomo kemudian mempunyai keinginan untuk membentuk persyarikatan demi memepermudah dan memperkokoh dakwahnya. Setekah berkonsultasi mengenai persyaratan, prosedur, serta uneur-unsur pembentukan sebuah persyariktan akhirnya di tahun 1912 mantaplah ia mendirikan sebuah persyarikatan yang dinamai Muhammadiyah yang beranggotakan dirinya berikut murid-muridnya. Meskipun menimbulkan polemik di awal pembentukannya karena dianggap sebaga aliran agama baru --padahal muhammadiyah adalah organisasi sosial kemasyarakatan-- pada akhirnya setelah diberi pengertian toh pihak-pihak berwenng pun mafhum. Bahkan pada akhirnya kiayi Penghulu sebagai sesepuh bersedia 'berdamai' dengan Dahlan, dan ia pun bersedia meluruskan arah kiblat sebagaimana mestinya. Akhirnya berkat dukungan sang istri, para muridnya, serta kepercayaan dari pembesar di lingkungannya, pada tanggal 12 November 1912 sutetapkanlah sebagai waktu berdirinya Muhammadiyah, salah satu persyarikatan terbesar di Indonesia.
***
Tidak berlebihan rasanya bila film ini kemudian disebut menjadi tontonan wajib bagi bagi keluarga besar persyarikatan Muhammadiyah: pimpinan, pengurus, simpatisan. Kenapa? pasalnya, film ini menggambarkan betapa tidak mudahnya perjuangan seorang K.H. Ahmad Dahlan untuk akhirnya mendirikan sebuah persyarikatan bernama Muhammadiyah. Betapa gigih upaya seorang A. Dahlan dalam memperjuangkan dan mempertahankan apa yang diyakininya. Dari mulai hilangnya kepercayaan masyarakat dan keluarga, cemoohan, tuduhan kafir, hingga pengrusakan langgar miliknya telah beliau alami sebelum mendirikan persyarikatan Muhammadiyah ini. Semoga mereka dan kita semua yang berada di lingkungan persyarikatan ini bisa meneladani kisah perjuangan pendiri MUhammadiyah ini sehingga kita semua benar-benar meluruskan niat semata ikhlas karena Allah SWT dalam berjuang di persyarikatan ini, bukan lantaran satu dan lain hal. Semoga persyarikatan ini tidak dijadikan sebagi alat semata guna mengeruk keuntungan pribadi alias mencari penghidupan di perysrikatan ini. Seperti petuah K.H. A. Dahlan yang termasyur itu: "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, tetapi jangan mencari hidup di Muhammadiyah". *)

film
*) dipostkan oleh Febriyani NA (http://pbzna.blogspot.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEFASILITATORAN : Peluang Sekali Mendayung Tiga Pulau Terlampaui

Pengertian Pelajar